7 Keunikan Tari Piring khas Minangkabau Sumatera Barat

Kamu tentu sudah tidak asing lagi dengan tari Piring, bukan? Tarian khas Minangkabau ini memiliki keunikan tersendiri yang membedakannya dari tarian tradisional lainnya.

Sesuai dengan namanya, tarian ini sangat identik dengan properti berupa piring yang digenggam pada kedua telapak tangan.

Piring-piring ini akan diayunkan dengan cepat dan teratur hingga menciptakan gerakan yang menakjubkan dan pastinya akan membuatmu terpukau.

Untuk mengenal lebih jauh tentang tarian Piring dan keunikannya, kamu bisa menyimak ulasan berikut ini.

Sejarah Tari Piring

Sejarah Tari Piring
source : wikimedia.org

Tari Piring berasal dari Minangkabau, Provinsi Sumatera Barat yang sudah ada sejak abad ke-12 Masehi.

Pada awalnya, tarian ini ditujukan untuk memuja dewa.

Lalu pada sekitar abad ke-16 ketika kerajaan Sriwijaya jatuh ke tangan kerajaan Majapahit, tarian ini mulai menyebar.

Penyebaran tarian Piring ini dilakukan oleh rakyat Sriwijaya yang melarikan diri ke wilayah Melayu dan sekitarnya.

Kemudian sekitar abad ke-14, ketika Islam mulai masuk, tarian ini tidak lagi untuk penyembahan atau pemujaan dewa lagi, namun hanya menjadi pertunjukan seni yang menghibur saja.

Meskipun hanya dijadikan sebagai sarana hiburan, tarian Piring ini memiliki peranan penting bagi masyarakat Minangkabau.

Tarian ini sering kali dipentaskan pada saat resepsi pernikahan sebagai harapan agar kedua mempelai selalu harmonis dalam mengarungi bahtera rumah tangga.

Tarian yang menjadi salah satu warisan budaya dari nenek moyang Minangkabau ini masih dijaga dengan baik dan dilestarikan hingga saat ini.

Tidak hanya menjadi kebanggaan bagi warga setempat saja, tarian Piring ini juga menjadi salah satu kekayaan budaya bagi bangsa Indonesia.

Fungsi Tari Piring

Fungsi Tari Piring
source : wikimedia.org

Seperti yang sudah kamu ketahui sebelumnya, tarian ini pada awalnya berfungsi sebagai pemujaan untuk dewa.

Tarian ini juga dijadikan sebagai sarana untuk menyampaikan ucapan syukur kepada Dewi Sri atau dewi padi yang diyakini masyarakat sebagai dewi kemakmuran.

Tarian Piring ini pada awalnya hanya dipentaskan ketika acara-acara tertentu saja seperti upacara adat, upacara ucapan syukur setelah panen padi, upacara pernikahan, khitanan, dan upacara pengangkatan penghulu.

Namun, seiring berkembangnya zaman, tari Piring beralih fungsi menjadi kesenian yang bisa digelar kapanpun sebagai pertunjukan seni yang menghibur.

Tarian ini juga sering ditampilkan di acara-acara nasional maupun internasional sebagai pembukaan konferensi, festival budaya, dan lain sebagainya.

Filosofi Tari Piring

Filosofi Tari Piring
source : wikimedia.org

Setiap karya seni tentu memiliki nilai-nilai dan makna filosofis yang terkandung di dalamnya, tak terkecuali dengan tari Piring.

Tarian Piring ini memiliki makna nilai transendental yang tergambar ketika tarian ini dipentaskan sesuai dengan tata cara tari Piriang.

Penggunaan properti berupa piring-piring yang disusun ke atas menjadi simbol untuk menunjukkan ke arah atas (Tuhan) dan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan.

Penduduk setempat juga memiliki pemahaman bahwa gerakan pada tari Piriang ini merupakan simbol kerja sama.

Makna filosofi tari Piring ini digambarkan melalui gerakan atau koreografi tarian yang meniru bagaimana cara petani saat bercocok tanam dan menuai hasil panen.

Piring yang digenggam pada kedua tangan ini juga berisi makanan lezat yang dipersembahkan untuk dewa,

Pada beberapa gerakan, penari akan bergerak dengan cepat dan melakukan atraksi lempar piring. Pada bagian ini, penari ingin menyampaikan ungkapan kegembiraan ketika musim panen padi dan hasil bumi telah tiba.

Pada bagian penutup dari tarian ini, penari akan menghempaskan piring ke tanah hingga pecah, kemudian menari di atas pecahan piring tersebut tanpa terluka yang melambangkan kesucian niat para penari.

Untuk bisa menarikan tari Piriang ini tentunya diperlukan latihan dan kecakapan khusus.

Pencipta Tari Piring

Pencipta Tari Piring
source : blogfam.blogspot.com

Sebagai salah satu tarian tradisional yang populer, tarian Piring memang sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia.

Namun, apakah kamu tahu sejarah tari Piring dan siapakah orang yang menciptakan tarian ini?

Nah, ternyata tarian khas Minangkabau ini diciptakan oleh seorang seniman kondang asal Minangkabau bernama Huriah Adam.

Dedikasi dan kecintaannya terhadap perkembangan tari tradisional memang patut diacungi jempol.

Tidak hanya tarian Piring saja, nama Huriah Adam sudah sangat populer di daerah Minangkabau karena banyak menghasilkan karya dan gerakan tari yang indah.

Untuk menghargai karya yang diciptakan oleh beliau, kita harus ikut berandil dalam menjaga kelestarian budaya daerah.

7 Karakteristik Tari Piring khas Minangkabau

Membicarakan mengenai keberagaman budaya yang ada di Indonesia memang tidak pernah ada habisnya, termasuk seni tari Piriang atau Piring ini.

Tiap budaya dan kesenian yang ada di Indonesia juga memiliki karakteristiknya masing-masing yang membedakan antara satu budaya dengan lainnya.

Keunikan dan ciri khas tari Piring adalah terletak pada gerakan, busana atau kostum yang dikenakan, dan alunan musik yang mengiringinya.

Agar kamu lebih memahami karakteristik dari tari Piring, berikut ini penjelasannya.

1. Busana

Busana
source : pinterest.com

Setiap tarian daerah pasti memiliki kostum atau busana yang khas ketika tarian tersebut dipentaskan.

Busana pada tarian ini dibedakan menjadi 2 macam, yaitu busana untuk penari pria dan busana untuk penari wanita.

Berikut ini busana yang dikenakan oleh penari Piring sesuai dengan jenis kelaminnya.

· Busana Penari Pria

Busana yang dikenakan oleh penari pria memiliki karakteristik yang berbeda dari busana penari wanita, meskipun tidak meninggalkan ciri khas adat Minangkabau.

Untuk busana penari pria menggunakan pakaian dengan lengan panjang atau yang biasa disebut dengan Rang Mudo.

Pada kostum penari piring pria juga dilengkapi dengan hiasan renda emas atau hiasan missia.

Sementara itu untuk bawahannya menggunakan celana yang disebut dengan besaran gelombang.

Celana ini memiliki ukuran yang besar pada bagian tengahnya.

Warna celana ini juga disesuaikan dengan baju atasannya agar terlihat senada dan selaras.

Penari pria juga mengenakan beberapa properti tambahan seperti seper sisampek dan cawek pinggang.

Cawek pinggang merupakan kain yang bentuknya seperti kain songket yang diikatkan di pinggang.

Cawek pinggang ini memiliki panjang dari pinggang sampai lutut dengan hiasan rumbai-rumbai. Ketika pementasan, penari pria akan menggunakan destar atau penutup kepala.

Destar sendiri terbuat dari kain songket yang dibentuk menjadi segi tiga.

· Busana Penari Wanita

Untuk busana yang dikenakan oleh penari wanita yaitu baju kurung. Baju kurung sendiri merupakan busana khas Minangkabau yang terbuat dari kain satin dan beludru.

Penari wanita juga akan mengenakan hiasan berupa selendang dari kain songket yang diletakkan di bagian bahu kiri.

Sama seperti kostum yang dikenakan oleh penari pria, penari wanita juga mengenakan penutup kepala yang bentuknya mirip seperti tanduk.

Penutup kepala atau yang biasa dikenal dengan  sebutan tikuluak tanduak balapak ini terbuat dari kain songket.

Untuk aksesori pelengkap busana tari Piring, penari wanita juga mengenakan kalung gadang, kalung rumbai, dan subang. Subang merupakan anting-anting khas daerah Minang yang digunakan oleh penari wanita sehingga terlihat lebih menarik, unik, dan cantik.

2. Gerakan Tari

Gerakan Tari
source : indonesia.travel

Tidak hanya menggunakan busana yang khas, tari Piriang ini juga memiliki gerakan-gerakan khusus dengan properti dua buah Piring yang digenggam dengan kedua tangan.

Kedua piring ini diayunkan sesuai dengan irama musik yang mengiringi.

Tarian Piring ini menggunakan perpaduan antara pola lantai garis lurus dengan garis lengkung yaitu horizontal, vertikal, spiral, lingkaran kecil, dan lingkaran besar.

Level atau ketinggian posisi penari yang digunakan yaitu level bawah, sedang, dan atas.

Agar lebih paham mengenai pola lantai dan level yang digunakan pada tarian ini, kamu bisa melihat gambar tari Piring. Berikut ini merupakan beberapa gerakan pada tarian Piring:

  • Gerak pasambahan yaitu gerakan tari yang menggambarkan ungkapan rasa syukur dan permohonan kepada Tuhan agar pementasan tari dapat berjalan dengan lancar. Gerakan pasambahan ini dilakukan oleh penari pria.
  • Gerak singanjuo lalai merupakan gerakan yang dilakukan oleh penari wanita untuk menggambarkan sosok wanita yang lemah lembut dan gemulai, serta menggambarkan suasana di pagi hari.
  • Gerak mencangkul yaitu gerakan pada tari Piriang untuk menggambarkan sosok petani yang sedang mencangkul sawah.
  • Gerak menyiang yaitu gerakan yang menggambarkan aktivitas petani yang sedang menyiangi rumput dan membersihkan tanah di sawah dari hama atau sampah.
  • Gerak membuang sampah merupakan gerakan yang memperagakan para petani yang sedang membuang sampah dari hasil menyiangi rumput dan gulma.
  • Gerak memagar merupakan gerakan seperti sedang membuat pagar untuk melindungi tanaman dari binatang perusak.
  • Gerak menyemai yaitu gerakan melambaikan tangan seperti tangan para petani yang sedang menyemai atau menaburkan benih padi ke sawah.
  • Gerak mencabut benih merupakan gerakan tari Piriang yang menggambarkan aktivitas petani ketika sedang mencabut benih padi.
  • Gerak bertanam yaitu gerakan menanam benih padi yang sudah dicabut satu per satu ke sawah.
  • Gerak melepas lelah yang menggambarkan aktivitas para petani ketika beristirahat setelah bekerja seharian di sawah.
  • Gerak mengantar juadah merupakan gerakan yang menggambarkan orang yang sedang mengantarkan sarapan atau makan siang kepada para petani di sawah. Gerakan ini biasanya diperagakan oleh penari wanita.
  • Gerak mengambil padi biasanya dilakukan oleh penari wanita yang menggambarkan proses pengambilan atau pemanenan padi.
  • Gerak menyambit padi yang diperagakan oleh penari pria yang menggambarkan aktivitas petani yang sedang menyambit atau memotong padi di sawah.
  • Gerak manggampo padi yang menggambarkan aktivitas petani ketik mengumpulkan padi untuk dipindahkan ke wadah atau tempat lain.
  • Gerak menganginkan padi merupakan gerakan mengangin-anginkan padi agar biji padi bisa terpisah dengan kulitnya.
  • Gerak mengikir padi yang menggambarkan kegiatan para petani yang sedang menjemur padi agar cepat kering.
  • Gerak membawa padi yang menunjukkan kegiatan petani yang sedang mengangkut padi untuk dipindahkan ke tempat atau wadah lain.
  • Gerak menumbuk padi merupakan gerak tari yang diperankan oleh penari pria untuk menggambarkan aktivitas menumbuk padi, sedangkan penari wanita akan mencurahkan padi yang akan ditumbuk.
  • Gerak gotong royong yang menggambarkan kerja sama antara petani wanita dan petani pria ketika panen padi.
  • Gerak menampih padi merupakan gerakan menampih padi yang sudah ditumbuk (beras) untuk memisahkan sisa kulit padi atau kerikil.
  • Gerak menginjak pecahan piring merupakan gerakan puncak yang ditampilkan pada akhir pementasan tarian Piring. Penari juga akan menggabungkan beberapa gerak sebelum mengakhiri pementasan.

3. Menggunakan Piring sebagai Media Utama

Menggunakan Piring Sebagai Media Utama
source : indonesia.travel

Ciri khas dan keunikan yang bisa kamu temui dari tari yang satu ini yaitu penggunaan piring sebagai properti utama untuk menari.

Penggunaan piring pada tarian ini juga memiliki makna filosofis tersendiri dan yang makin mengagumkannya lagi, piring yang dipegang tidak pernah jatuh meski diayunkan.

Pada awalnya, piring yang digunakan sebagai properti pada tarian ini menggunakan piring yang berasal dari Cina.

Alasan menggunakan piring-piring dari Cina ini adalah adanya anggapan bahwa piring buatan Cina memiliki nilai estetis tersendiri dan kualitasnya yang lebih bagus.

4. Menari di Atas Pecahan Piring

Menari di Atas Pecahan Piring
source : twitter.com

Keunikan yang tidak dimiliki oleh karya seni tari tradisional lainnya yaitu atraksi menari di atas pecahan piring yang dilakukan oleh para penari di akhir pertunjukan.

Para penari akan melemparkan piring-piring tersebut ke lantai sampai pecah.

Setelah itu, penari akan berjalan dan menginjak pecahan piring yang tajam tersebut.

Hal yang akan membuat kamu heran sekaligus takjub yaitu ketika para penari tidak mengalami luka sama sekali meskipun menginjak pecahan piring yang terbuat dari kaca dan tanpa menggunakan alas kaki.

5. Dentingan Cincin yang Khas

Dentingan Cincin yang Khas
vibizmedia.com

Tidak hanya menggunakan piring saja sebagai properti utama, para penari juga menggunakan cincin untuk menghasilkan bunyi dentingan yang khas.

Suara dentingan antara cincin dengan piring ini akan memberikan sentuhan nada yang menyatu dengan alunan musik pengiringnya.

6. Diiringi oleh Alat Musik Tradisional yang Unik

Di Iringi Oleh Alat Musik Tradisional yang Unik
source : pojokseni.com

Selain bunyi dentingan cincin yang khas, tarian ini juga menggunakan iringan musik yang beragam.

Berbagai alat musik tradisional seperti saluang, talempong, gong, rebab, rebana, dan alat musik lainnya membuat iringan musik tarian Piring menjadi terkesan unik dan khas.

Masing-masing alat musik pengiring juga memiliki fungsi tersendiri, seperti alat musik gong yang berfungsi memandu gerakan dan menentukan langkah yang harus dilakukan oleh penari atau rebana yang memberikan kesan semarak dan membangkitkan semangat para penari.

Tidak lupa juga alat musik saluang dan talempong yang hanya bisa dijumpai di Minangkabau.

Untuk alat musik saluang, cara memainkannya yaitu dengan ditiup seperti seruling, sedangkan talempong terbuat dari batu dan kayu yang dibunyikan dengan cara dipukul.

Tarian ini biasanya menggunakan iringan musik panayuhan yang biasanya memainkan irama lagu Takhi Pinghing Khua Belas atau Takhian Sai Tiusung.

Kedua alunan musik lagu ini akan menambah nilai estetik dan keunikan dari tarian adat khas Minangkabau ini.

7. Video Tari Piring

Video Tari Piring
source : pinterest.com

Sebagai salah satu suku yang populer di Indonesia, Minangkabau memang memiliki banyak budaya dan kesenian yang unik dan khas.

Tidak hanya tarian Piring saja, suku Minangkabau juga memiliki rumah adat yang unik dan cantik atau yang dikenal dengan sebutan Rumah Gadang.

Seperti yang sudah diulas sebelumnya, tarian ini memang pada awalnya digunakan untuk pemujaan kepada dewa, yaitu Dewi Sri sebagai dewi padi yang membawa kesuburan dan kemakmuran.

Namun, seiring berjalannya waktu, tarian ini mengalami berbagai perubahan dan fungsi.

Bukan lagi digunakan untuk persembahan dewa, tarian Piring banyak dipentaskan untuk acara-acara penyambutan tamu istimewa baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Tarian ini juga menjadi salah satu tarian kebanggaan warga Minangkabau yang masih dijaga dengan baik hingga saat ini.

Baca Juga :

6 Keunikan Tari Saman, Tarian Khas Aceh | Juara 1 Dunia !

Bagi kamu yang belum pernah melihat tarian Piring dan penasaran seperti apa gerakan dan busana yang dikenakan, kamu bisa melihat video tentang tarian Piring berikut ini.

Dari ulasan di atas kamu pasti semakin paham dengan karakteristik dan keunikan tarian khas Minangkabau yang satu ini, kan?

Sebagai salah satu kekayaan budaya daerah yang diwariskan secara turun-temurun, tari Piring memang patut dilestarikan dan dijaga dengan baik agar tidak punah.

Leave a Comment