Inspirasi foto pernikahan adat jawa modern: ✅urutan prosesi dan ✅filisofi | ✅Jawa Tengah, ✅Jawa Timur, dan ✅Jawa Barat. Simak disini!
Salah satu tokoh terkenal Indonesia yang menggelar pernikahan adat Jawa ialah Presiden Jokowi.
Bahkan kalau diamati bukan hanya pernikahan Gibran dan Kahiyang Ayu saja yang menggunakan adat Jawa, sejumlah selebriti juga demikian, contohnya saja Nagita Slavina dengan Raffi Ahmad.
Memang tidak bisa dipungkiri, pernikahan adat Jawa ini masih menjadi pilihan banyak orang.
Terutama oleh mereka yang benar-benar keturunan Jawa. Terlepas dari hal tersebut, tahukah kamu bahwa dalam adat Jawa ada cukup banyak prosesinya?
Ini wajib kamu ketahui terutama jika kamu ingin menggelar pernikahan dengan adat Jawa juga. Walaupun pernikahan kamu itu diselenggarakan secara modern.
Memangnya apa saja sih prosesinya itu?
Berikut jawabannya. simak baik-baik ya!
Prosesi Pernikahan Adat Jawa
1. Nglamar
Prosesi nglamar biasa disebut juga dengan pinangan. Pada prosesi ini, calon pengantin pria serta keluarganya akan datang ke rumah atau kediaman calon pengantin wanita.
Tujuannya ialah untuk memastikan kesediaan sang calon pengantin wanita dan juga keluarganya untuk melangsungkan pernikahan.
Dalam prosesi ini juga, kedua keluarga akan mendiskusikan serta menentukan tanggal untuk acara-acara yang berikutnya.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa tata cara dalam prosesi yang pertama ini hanyalah calon pengantin pria serta keluarga yang mendatangi kediaman calon pengantin wanita.
2. Seserahan
Selanjutnya ada prosesi serah-serahan atau seserahan.
Pada prosesi ini, pihak atau keluarga dari calon pengantin pria akan menyiapkan sekaligus mengantarkan sejumlah barang ke kediaman wanita yang akan menjadi calon pengantinnya.
Baik di Jawa Barat, Tengah maupun Timur, umumnya barang yang dibawa berupa cincin, makanan tradisional atau makanan khas daerah, seperangkat pakaian wanita, buah-buahan serta uang.
Barang-barang tersebut akan disebut sebagai peningset dan sekaligus menjadi tanda adanya ikatan secara tidak resmi kedua calon pengantin.
Nah, berikut ini ada beberapa istilah yang biasa ada dalam acara seserahan tersebut, disimak ya.
- Peningsetan adalah lambang kekuatan dari ikatan kedua calon mempelai
- Asok tukon merupakan penyerahan sejumlah uang atau dana guna membantu keluarga sang mempelai wanita
- Paseksen merupakan proses memohon doa restu dengan disaksikan oleh orang-orang yang hadir, namun ada juga pihak-pihak yang memang khusus ditunjuk sebagai saksi
- Gethok dina merupakan penentuan hari akad nikah sekaligus resepsi pernikahan. Umumnya gethok dina ini akan melibatkan orang yang memang ahli dalam memperhitungkan waktu yang baik untuk melangsungkan pernikahan. Namun jika pihak keluarga mau, mereka dapat menentukan hari akad nikah tersebut secara mandiri berdasarkan diskusi kedua belah pihak.
3. Pemasangan Tarub dan Juga Bleketepe
Prosesi yang ketiga ini akan dilaksanakan di kediaman calon pengantin wanita. Namun sebelum dilakukan, keluarga akan membuat sesajen yang terdiri atas tumpeng serta buah-buahan.
Sesajen ini mempunyai makna untuk memohon perlindungan kepada Tuhan sekaligus menolak godaan dari setan selama upacara pernikahan dilangsungkan.
Tahukah kamu tarub itu apa?
Mirip seperti cerita rakyat Jaka Tarub ya.
Tarub ini sebenarnya ialah gapura. Bukan sembarang gapura, namun gapura tersebut dibuat dari daun kelapa yang sudah dianyam serta diberi kerangka dari bambu atau bleketepe.
Selain tarub tersebut, akan dipasang juga pohon pisang yang tengah berbuah atau tuwuhan.
Tarub serta pohon pisang ini nantinya akan dipasang di pintu masuk rumah.
4. Siraman
Siraman adalah prosesi yang dilakukan sehari sebelum hari pernikahan. Dalam prosesi ini, kedua mempelai akan dimandikan di rumah masing-masing.
Kedua mempelai tersebut akan dimandikan oleh 7 orang yang dituakan dalam keluarga atau yang biasa disebut sebagai pinisepuh. Kedua orang tua juga termasuk kategori ini loh.
Tempat dilangsungkannya acara siraman bisa dilakukan baik di kamar mandi maupun di halaman rumah.
Sebelum acara siraman dilangsungkan, berbagai keperluan seperti kendi, handuk, kembang setaman, tempat air dan juga gayung akan disiapkan. Jika semuanya sudah siap, maka lanjut ke tata cara siraman.
Sebelum siraman dimulai, terlebih dahulu orang tua dari mempelai wanita akan menuangkan air sebanyak 7 gayung ke dalam suatu wadah.
Wadah tersebut sebelumnya sudah diisi dengan kembang setaman. Oleh panitia, wadah berisi air tersebut kemudian akan diantarkan ke rumah calon mempelai pria yang pada saat itu melakukan siraman juga.
Dalam prosesi ini, calon pengantin akan melakukan sungkem yang dimulai dari orang tua dan akan dilanjutkan ke sepuh yang lainnya.
Seusai melakukan sungkem, calon pengantin akan dimandikan oleh kedua orang tua terlebih dahulu. Setelah orang tua, siraman pun akan dilanjutkan oleh sesepuh lainnya.
Untuk tahap terakhir, calon pengantin akan membasuh wajahnya menggunakan air kendi yang telah dibawakan oleh ibunya.
Nantinya, sang ibu akan menjatuhkan kendi tersebut hingga pecah sembari berucap ‘wis pecah pamore’ atau calon mempelai sudah siap kawin.
Nah, buat kamu yang berhijab, dalam prosesi ini diperbolehkan mengenakan hijab kok, jadi jangan khawatir.
5. Paes atau Ngerik
Lanjut ke prosesi lainnya ada yang disebut dengan pases atau ngerik. Prosesi ini akan dijalankan oleh mempelai wanita. Pada intinya, tidak ada tata cara khusus dalam prosesi ini.
Paes atau ngerik akan dilaksanakan oleh ibu dari calon mempelai wanita sebagai pamaes. Selain ibu, orang yang ikut terlibat di dalamnya juga mempelai wanita itu sendiri serta beberapa ibu-ibu sepuh.
Dalam prosesi ini pula akan dilakukan ngerik.
Maksudnya adalah menghilangkan atau mengerik rambut-rambut halus yang ada pada wajah calon mempelai wanita agar lebih bersih serta bercahaya.
Kegiatan ini tentu saja akan dilakukan oleh pamaes.
Adapun paes itu sendiri menjadi lambang dari harapan akan kedudukan yang luhur yang juga diapit oleh lambang ibu bapak serta keturunan.
6. Dodol Dawet
Dodol dawet jika diartikan ke dalam Bahasa Indonesia berarti menjual dawet.
Prosesi satu ini melambangkan harapan supaya upacara pernikahan yang hendak dilangsungkan dikunjungi oleh banyak tamu layaknya dawet yang terjual dengan laris. Sama seperti sebelumnya, tidak ada tata cara khusus dalam prosesi ini.
Hanya saja kamu harus tahu bahwa yang menjual dawet dalam prosesi ini adalah ibu dari calon pengantin putri. Saat melakukannya, ibu tersebut akan didampingi serta dipayungi oleh suaminya sembali berucap ‘Laris….Laris….’.
Prosesi ini dilakukan di halaman rumah.
Sementara keluarga yang ada akan bertindak sebagai pembeli dan alat pembayarannya berupa pecahan genting atau kreweng.
7. Midodareni
Prosesi dalam pernikahan adat Jawa Tengah, Barat dan Timur yang selanjutnya ialah Midodareni.
Ini adalah prosesi yang dilaksanakan di malam hari dan prosesi ini mempunyai arti menjadikan calon pengantin perempuan cantik seperti Dewi Widodari. Makanya calon mempelai ini akan dirias walaupun hanya sederhana.
Selain itu, calon pengantin tersebut juga akan berdiam dalam kamarnya sejak pukul enam sore hingga tengah malam dengan ditemani oleh kerabat yang perempuan.
Sementara di luar kamar, orang tua dari calon pengantin perempuan menerima kedatangan calon besan, yakni orang tua calon mempelai pria. Mereka pun akan malam bersama.
8. Akad Nikah
Bagi mereka yang muslim, akad ini bisa dilakukan di masjid maupun di rumah mempelai perempuan. Sementara bagi mereka yang non Islam, pernikahan bisa dilangsungkan di tempat yang telah ditentukan.
Tata caranya tentu saja menyesuaikan agama masing-masing. Namun ketika akad dilangsungkan, mempelai pria tidak diperbolehkan mengenakan keris.
Seperti yang sudah kamu ketahui, begitu akad ini selesai dilangsungkan, maka kedua mempelai sudah resmi dan sah menjadi suami istri.
Oleh sebab itu, bisa dikatakan juga bahwa acara ini adalah acara puncak dan paling penting dengan disaksikan oleh orang tua pengantin, pinisepu, wali serta orang-orang yang diundang.
Dalam acara akad nikah dengan adat Jawa ini pula, ibu dari mempelai pria maupun mempelai wanita tidak mengenakan giwang atau subang.
Hal ini dimaksudkan untuk mempelihatkan bahwa ibu tersebut prihatin sehubungan dengan anaknya yang telah menikah. Ini jika dalam bahasa Jawa disebut dengan ‘ngentasake anak’.
9. Panggih atau Temu Penganten
Setelah akad dilaksanakan, akan dilangsungkan prosesi yang selanjutnya, yakni panggih atau temu penganten.
Tata cara dari prosesi ini diawali dengan mempelai pria yang datang ke kediaman mempelai perempuan dengan diantar oleh saudara-saudaranya.
Sebelah kanan dan kiri mempelai pria tersebut akan ada dua orang ibu atau dua orang laki-laki yang masih muda.
Mereka akan membawa rangkaian bunga, dan rangkaian bunga tersebut biasa disebut kembar mayang.
Salah satu dari dua laki-laki muda atau ibu tersebut akan membawa pisang. Pisang ini dibungkus dengan daun pisang serta ditempatkan di atas nampan. Ini disebut dengan sanggan.
Nah, begitu sudah sampai, maka sanggan akan diserahkan kepada ibu dari mempelai wanita.
Sementara untuk rangkaian bunga atau kembar mayangnya, semuanya akan dibawa keluar dari area rumah untuk kemudian dibuang ke jalan yang ada di dekat sana. Harapannya supaya pernikahan dapat berjalan dengan lancar tanpa gangguan apapun.
Rombongan ini akan berkenti ketika sudah berada di depan pintu masuk rumah. Sementara mempelai perempuan, akan menyambut rombongan mempelai pria di pintu rumah.
Dia juga akan ditemani oleh kedua orang tuanya sekaligus saudara-saudaranya. Namun keduanya tetap akan terpisah dengan jarak kurang lebih lima langkah.
10. Balangan Gantal atau Balangan Suruh
Menyambung dari prosesi yang sebelumnya, begitu pengantin pria dan pengantin wanita bertemu, mereka akan melakukan prosesi balangan gantal atau balangan suruh.
Suruh sendiri artinya adalah sirih. Jadi prosesi ini dilakukan dengan kedua mempelai yang saling melemparkan ikatan daun sirih berisi kapur sirih.
Pastinya acara saling melempar ini dilakukan sembari tersenyum. Makna dari acara ini ialah semoga berbagai godaan akan hilang karena terkena lemparan suruh tersebut.
Untuk pengantin pria, dia akan melemparkan ikatan daun sirih tersebut ke arah dada mempelai wanita. Sementara mempelai wanita akan melemparkan ikatan daun sirih yang ada padanya ke arah paha mempelai pria.
11. Ngidak Endhog dan Wiji Dadi
Tata cara dalam prosesi ini ialah mempelai pria akan menggunakan kaki kanannya untuk menginjak sebutir telur ayam kampung.
Telur tersebut harus diinjak hingga pecah. Setelahnya, mempelai wanita akan membasuh kaki mempelai pria menggunakan air kembang.
Makna dari prosesi ini ialah agar suami bisa memberikan benih keturunan yang bagus. Sementara istri dapat selalu setia dalam mengabdi kepada suaminya.
12. Timbangan atau Bobot Timbang
Sebelum pasangan pengantin mulai duduk di pelaminan, keduanya akan duduk di sisi kanan serta kiri ayah mempelai wanita.
Setelah itu, mempelai pria akan naik serta duduk di kaki kanan bapak tersebut sementara mempelai wanita akan duduk di kaki kirinya.
Selanjutnya, sang ibu mempelai wanita akan bertanya manakah yang lebih berat, jika dalam bahasa Jawa ‘abot endi bapakne?’.
Sang bapak pun akan menjawab bahwa keduanya sama beratnya, dan dalam bahasa Jawanya ‘Podo abote’. Makna dari prosesi ini ialah dengan keduanya yang sama-sama berat maka keduanya juga akan memikul baik rasa suka maupun rasa duka yang sama ketika hidup bersama kelak.
13. Kacar-Kucur atau Guno Koyo
Masih ada prosesi lainnya yang bernama kacar-kucur atau guno koyo. Ini merupakan perlambangan mempelai pria yang memberikan nafkah kepada mempelai wanita untuk yang pertama kalinya.
Nafkah tersebut dilambangkan dengan kembang telon, beras kuning, beras putih, kedelai hitam dan kacang tolo merah.
Semuanya akan ditempatkan di dalam klasa bongko. Mempelai pria akan meletakkan lambang nafkah tersebut di pangkuan wanita yang kini sudah menjadi istrinya. Sementara itu, di pangkuan istri sebelumnya sudah disiapkan kain.
14. Dulangan
Dalam pernikahan baik dengan adat Jawa Timur, maupun belahan Jawa yang lainnya, ritual dulangan ini tidak bisa dilewatkan.
Dulangan merupakan prosesi saling menyuapi. Dengan kata lain, tata cara prosesi ini ialah pengantin pria menyuapi pengantin wanita dan pengantin wanita menyuapi pengantin pria.
Kegiatan ini dilakukan pada waktu yang sama. Makna yang terkandung dalam prosesi dulangan ini ialah simbol seksual atau perpaduan kasih antar pengantin pria dengan pengantin wanita.
Tetapi ada juga kok yang memberikan makna lain pada prosesi ini, yaitu tutur adilinuwih yang artinya ialah seribu nasihat yang adiluhung.
Nah, tutur adilinuwih ini sendiri dilambangkan dengan sembilan tumpeng. Masing-masing tumpeng tersebut mempunyai makna masing-masing yang kurang lebih dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Tumpeng kesawa ialah tumpeng yang bermakna nasihat agar rajin bekerja
- Tumpeng pangruwat ialah tumpeng yang bermakna agar masing-masing menantu berbakti kepada mertuanya
- Tumpeng manggada ialah tumpeng yang bermakna berbagai hal yang terdapat di dunia itu tidak ada yang abadi
- Tumpeng pangapit ialah tumpeng yang bermakna baik itu suka maupun duka adalah wewenang dari Tuhan yang Maha Kuasa
- Tumpeng kidang soka ialah tumpeng yang bermakna menjadi besar itu diawali dari kecil terlebih dahulu
- Tumpeng sangga langit ialah tumpeng yang bermakna berbakti terhadap orang tua
- Tumpeng bedhah negara ialah tumpeng yang bermakna bersatunya wanita dengan pria
- Tumpeng puput ialah tumpeng yang bermakna bahwa kedua pengantin mempunyai keberanian untuk hidup mandiri
- Tumpeng tunggarana ialah tumpeng yang bermakna supaya pengantin dapat selalu ingat kepada yang memberikan hidup
15. Sungkeman
Lanjut ke prosesi lain yaitu sungkeman. Sungkeman ini tidak lain tidak bukan adalah prosesi yang menjadi lambang ungkapan bakti pasangan pengantin kepada orang tuanya dan sekaligus memohon doa restu. Prosesi ini dilakukan dengan tata cara yang dimulai dari orang tua pengantin wanita terlebih dahulu.
Jadi, begitu orang tua wanita duduk di tempat yang telah disediakan, pengantin wanita akan duduk berjongkok seperti orang yang tengah menyembah. Dia akan menyentuh lutut orang tuanya dan dibelakangnya akan diikuti oleh pengantin pria. Setelah sungkeman kepada orang tua pengantin wanita selesai, baru setelah itu dilanjutkan sungkeman kepada orang tua pengantin pria.
Selain prosesi di atas, ada pula yang disebut dengan kirab. Ini adalah istilah yang biasa dipakai saat pasangan pengantin meninggalkan tempat duduk untuk berganti pakaian. Wah, cukup banyak ya rangkaian acaranya? Walaupun demikian, harus diakui bahwa masing-masing prosesi di atas mempunyai makna dan harapan yang begitu dalam.
Foto Pernikahan Adat Jawa
Banyaknya orang yang telah melangsungkan pernikahan dengan adat Jawa membuat foto-foto pernikahan dalam adat tersebut begitu banyak. Beberapa diantaranya ialah sebagai berikut:
1. Raja dan Ratu Semalam yang Anggun dengan Pakaian Adat Jawa
Pakaian adat Jawa begitu khas, bentuknya indah dan dilengkapi aneka macam hiasan yang membuatnya menjadi semakin menarik.
Walaupun tradisional, namun pakaian ini masih dijadikan pilihan oleh banyak pasangan pengantin. Ini tentu tidak mengherankan, karena pakaian adat ini memberikan kesan yang begitu mewah.
2. Panggih
Prosesi panggih akan membuat mempelai pria dan wanita bertemu. Pertemuan ini dihiasi dengan senyuman bahagia yang juga diikuti oleh prosesi lainnya.
Namun, ada pula pihak yang melewatkan prosesi panggih karena keterbatasan waktu.
3. Sungkem yang Menjadi Lambang Bakti Anak Terhadap Orang Tua
Sungkeman yang memposisikan pasangan pengantin berlutut di hadapan orang tuanya mempunyai arti yang besar.
Ini adalah lambang bakti pasangan tersebut kepada orang tua dan mertuanya.
Bukan hanya dalam pernikahan adat Jawa, prosesi sungkeman juga terdapat dalam pernikahan adat yang lainnya.
4. Dulangan Pungkasan
Dulangan pungkasan adalah suapan terakhir. Ini adalah prosesi yang menjadi tanda tanggung jawab yang terakhir orang tua terhadap anaknya yang hendak menikah.
Dulangan pungkasan ini sendiri akan dilakukan oleh orang tua pengantin.
5. Pasang Tuwuhan
Tuwuhan ialah tumbuhan. Tumbuhan ini ditempatkan di sisi kanan serta kiri pintu utama yang nantinya akan dilalui oleh mempelai.
Tumbuhan akan terdiri atas dua tandan pisang raja yang telah matang, sebatang padi, daun randu dan kelapa muda.
Prosesi ini mempunyai makna bahwa kelak pasangan pengantin akan memperoleh keturunan yang berbakti, kehormatan serta kemakmuran.
6. Lebih Anggun dengan Make Up Pengantin yang Khas
Jika pernikahan dilangsungkan dengan adat Jawa, maka sudah lumrah jika di dahi pengantin diberi paes.
Rambut akan disanggul dengan rapi dan pada telinga dipasang giwang yang serasi dengan aksesoris lainnya.
7. Prosesi Sungkeman yang Mempertemukan Emosi Pengantin dan Orang Tua
Umumnya prosesi sungkeman merupakan momen yang mengharukan dan dipenuhi oleh emosi, baik dari pasangan pengantin maupun orang tua.
Rasa haru, sedih dan juga bahagia akan bercampur aduk. Tidak jarang pada momen ini pengantin serta orang tua meneteskan air mata.
8. Sungkeman Juga Merupakan Bentuk Penghormatan
Kedua mempelai yang berlutut di hadapan orang tuanya juga merupakan bentuk penghormatan.
Penghormatan atas jasa orang tua yang telah membesarkan mereka dengan baik hingga bisa menemukan pasangan dan menjalani hidup baru.
9. Sungkeman Kepada Orang Tua Mempelai Wanita
Dalam prosesi sungkeman kepada orang tua mempelai wanita, maka pengantin wanitalah yang terlebih dahulu melakukannya.
Setelah itu diikuti oleh mempelai pria yang telah menjadi suaminya.
10. Kirab untuk Menuju ke Pelaminan
Usai melakukan serangkaian prosesi, biasanya acara terakhir dalam pernikahan dengan adat Jawa ialah kirab.
Ini merupakan arakan yang akan mengantarkan pasangan pengantin untuk menuju pelaminan.
11. Pemasangan Cincin di Jari Manis Mempelai Wanita
Cincin biasanya dipasangkan di jari manis tangan kanan mempelai wanita. Cincin yang dipasang seperti ini adalah tanda bahwa wanita tersebut telah menikah.
Sementara untuk wanita yang masih berstatus bertunangan, cincin akan dipasang di jari manis tangan kiri.
Walaupun demikian, masalah pemasangan cincin akan diletakkan di mana juga tidak ada aturannya kok.
12. Acara Foto Bersama yang Kental dengan Nuansa Tradisional
Dalam pernikahan, acara foto bersama tidak boleh dilewatkan. Kesan tradisional bisa dimunculkan melalui penggunaan background yang berupa kayu.
Penambahan bunga serta tanaman hijau juga berperan dalam membuat foto tidak tampak membosankan.
Selain perlu mengetahui tahapan dan prosesi dalam pernikahan dengan adat Jawa di atas, kamu juga perlu menyiapkan biaya yang cukup.
Soal ini, silahkan kamu bicarakan saja dengan keluarga ya, karena beda daerah terkadang beda pula besar budget yang diperlukan.
Nah, kalau kamu merasa serangkaian prosesi tersebut cukup menyulitkan, gunakan saja jasa wedding organizer agar lebih mudah.
Ka izin save salah satu gambar
Silahkan kak